Jumat, 19 Oktober 2012

Ibu


            Suatu ketika ada seorang anak yatim bertanya pada ibunya di suatu sore, “bu, ayah itu apa ?”. Sang ibu hanya diam, menyedu segelas tehnya, dan menjawab pertanyaan anaknya, “anakku, ketahuilah, ibu adalah ayah”. Jawaban ibunya membuat anak itu memutar otaknya yang baru berusia 5 tahun. “Maksudnya apa bu ? Jadi ayah adalah ibu ?”, tanya sang anak dalam sebuah kebingungan. “Bukan anakku, ibu adalah ayah, tapi ayah bukanlah ibu”.

            14 tahun setelah perbincangan mereka, sang anak kembali menemui ibunya. Di tempat yang sama, dengan aroma teh yang masih pekat, tak berbeda. “Ibu, terima kasih sudah bekerja keras selama ini, ibu adalah ayah yang sempurna untukku, sekarang, ibu beristirahatlah, biarkanlah aku yang mencoba memainkan peran yang selama ini telah ibu perankan dengan sempurna”.
            Sebuah senyum mengembang di mulut sang ibu, sesaat sebelum kotak kayu itu ditutup.
           
Terima kasih Ibu.

Jumat, 21 September 2012

tanda


Angin malam ini terasa asing
dinginnya tak seperti biasanya
membawa kesejukkan
sekaligus menusuk menyakitkan

            Tak sekedar angin
            balada sang harmoni pun seperti bersekutu dengannya
            memberikan sebuah ketenangan
            namun menyiratkan sebuah kepiluan
            melankolis..

Selasa, 14 Agustus 2012

Sajak di Tepi Semenanjung


terdiam sejenak
sekejap aku merasakan hembusan angin pagi di tepi pantai
secerca cahaya dan hembusan udara hangat menembus ari
Bathara Surya
pemberi hangat sang semesta
penyegar semangat abadi

termenung aku di tepi pancarnya
membeku aku dalam hangat yang bisu
siapa aku
terlalu kecil untuk menerawang apa mau sang surya
terlalu lemah untuk menyelidiki rencana besarnya

aku kembali terdiam
terdiam dalam dinginnya sang Naara
tergerus ombak…

Rabu, 11 Juli 2012

Find a balance


Keseimbangan adalah sebuah visi, mendekati, tapi takkan tercapai” – asumsi
0.55
Seperti biasa, malam ini adalah malam minggu, maksudku, bagiku setiap hari adalah malam minggu, selama liburan, hanya selama liburan.
Malam minggu, identik dengan “bermain di luar rumah” atau bagi yang sudah berpasang-pasangan terkenal dengan “NGAPEL” atau dalam Javanesse Language “MBOJO”, tapi tidak dengan “malam minggu”-ku kali ini.
Berbeda.
Aku dirumah, menghabiskan dengan seorang wanita lanjut usia dan seorang wanita paruh baya.
Ibu dan nenenkku.
Tidak dengan “saudaraku” atau “kekasihku”

Mungkin bagi orang yang belum mengenalku, kutipan situasi di atas merupakan hal yang biasa saja, bahkan sangat biasa saja.
Namun, bagi ku, menghabiskan waktu dirumah merupakan hal yang tidak biasa, luar biasa.
“Hyperbola” !
Tidak. Karena memang begini keadaannya.

Biasanya,
Malam hari adalah waktu “belajar”-ku. Belajar tidak selalu di depan buku setepal 186 halaman. Belajar, esensinya, aku mendapat hal baru,mempelajari hal baru, atau memaknai hal baru. Baru. Baru aku ketahui, atau memang, baru. Belajar dari siapapun, kapanpun, dimanapun, dan dalam situasi apapun.

Luar biasanya,
Semenjak kepulanganku dari rumah Claudius (Barly), aku tak lagi menampakkan batang hidungku di luar rumah. Tidak seperti biasanya, malam ini aku tak berkunjung ke PK (Palm Kuning, Burjo) atau bertandang ke rumah Aditya (Murti). Bahkan aku membatalkan janjiku bernostalgia bersama Gorginia (Cikita).


Aku ingin hidupku, kali ini, hari ini, mendekati ke level yang seimbangan.
Ada kalanya aku harus dirumah, membuka perbincangan antar generasi dengan nenenkku, atau menginput petuah bijak karya ibuku.
Ya.
Kami saling membutuhkan, seperti aku dan kalian,aku dan kamu
aku dan
DIA
-n-

Senin, 02 Juli 2012

Beautiful Life


Manusia selalu ingin tahu, tanpa ia tahu sampai dimana batas ke-tahu-annya – asumsi
Aku, kamu, kita, mereka
Tidak ada yang tahu sampai dimana batas keingintahuan kita, ataupun batas ke-tahu-an pikiran kita
Aku, kamu, kita, mereka
Ingin memahami isi dunia ini, ingin mengerti isi dunia ini,
ingin memahami satu sama lain, ingin mengerti satu sama lain, dan
diri sendiri
akupun begitu

aku tak mungkin menjadi kamu, kamu tak mungkin menjadi aku
terlalu tamak rasanya ketika aku ingin mengerti seluruh isi dunia
dunia punya misteri, dan misteri itu akan dibuka sejalan dengan kehidupan manusia
sama hal-nya dengan kamu, aku, kita, mereka

biarkanlah itu berjalan seperti apa yang direncanakan oleh semesta
aku akan mengerti, kamu akan tahu
tanpa kita harus bersikeras untuk
mengerti, mencari tahu

hey, dunia ini terlalu indah untuk dimengerti seluruhnya
sama seperti kamu :)
World have the own way to tell us, just walk and look around us

this my own way to write, and my own way to look this world
cheers :)

Rabu, 13 Juni 2012

waktu


Tengoklah ke belakang
Aku tak mampu untuk terus melihat ke depan
Masa depan yang masih mengambang
Dalam ketidakpastian

Haruskah aku terus melihat masa lalu
Menyenangkan
Memang
Duduk di bawah beringin rindang ditemani
Patung “Kemayoran”
Melaju di jalanan saat Adzan Maghrib berkumandang
Obrolan hangat dan kepulan asap tembakau menemani rembulan
Yang temaram
Ahh….
Terlalu indah untuk dikenangkan

Sekarang
Kata seorang saudara seperjuangan
Setiap hari punya masalahnya masing-masing
Tenang


-N-

Senin, 04 Juni 2012

"minoritas" yang bersuara, refleksi Spiral of Silence


“minoritas yang bungkam”-anonim
Berangkat dari sebuah refleksi mengenai Spiral of Silence Theory atau Teori Spiral Keheningan, aku tidak akan bungkam, atau pura-pura bungkam
“….kaum minoritas terkadang tidak mau atau tidak berani bersuara karena takut dikucilkan oleh sang mayoritas”-penjelasan singkat dosen teori komunikasi
Tersenyum, menggelengkan kepala
Reaksi awalku pada waktu itu
Haruskah aku, kami, kita, mereka, bungkam ?
Haruskah aku, kami, kita, mereka, diam dalam ketertindasan ?

Jawaban, TIDAK !

Tindakan, TIDAK ?

Lalu apa yang ditakutkan ?
Pengucilan ?
Ancaman ?
Ter-intimidasi ?
Kekerasan fisik ?

Kebanyakan,
dan pada kenyataannya, iya

Buatku,
akan lebih menyedihkan bila harus hidup dalam kepura-puraan arus mayor,
dan akan lebih melegakan ketika harus “mati” dalam kesejatian sebuah idealisme.

Abstrak
aku-pun terkadang tidak tahu apa yang aku bicarakan
hahaha

“ketika ada 9 orang gila dan 1 orang waras, maka 1 orang waras itu-lah yang akan dianggap sebagai orang gila” – anonim

maukah seseorang dianggap sebagai orang gila ?

Idealnya,
AKU MAU !

Realitanya ?

Aku hanya menghanyut dalam arus mayoritas, kalau mau di bilang pembelaan, silahkan
hahaha

Nyatanya,
Aku hanyut, namun tetap mendayung,
sedikit demi sedikit, mencoba mengajak orang lain ikut mendayung
dengan dayung idealisme  mereka

Apa salahnya mencoba ?

Subyektif

Mari ber-refleksi
-N-

Rabu, 30 Mei 2012

Pendidikan, sebuah refleksi


“hasil yang maksimal adalah hasil dari sebuah usaha yang dilakukan tanpa keterpaksaan” – anonim
Tergerak dari obrolanku dengan seorang teman di balkon kampus dan obrolan di bangku SMA dengan seorang calon filsuf, aku merasa harus mengungkapkan sesuatu, sesuatu yang miris, prihatin.
Kesadaran, dorongan dari dalam, atau apapun itu sebutannya, masihkah manusia memiliki itu ? Atau, kesadaran itu sudah memudar dari dalam diri manusia ?
“Pendidikan, sebuah sistem penggerak bagi manusia guna menciptakan manusia-manusia yang berpendidikan. Penuh paksaan, penuh tekanan, guna mendapatkan hasil yang cenderung, instan”. – persepsi pribadi
Bukan apa-apa, subyektif, dunia ini membutuhkan manusia-manusia yang “cerdas”, tidak melulu “pintar”.
Lalu, dimanakah keingin-tahuan itu ? Sebuah kata yang seharusnya menjadi gairah dan esensi dari sebuah pendidikan yang sebenarnya. Berangkat dari keingin-tahuan, maka muncul-lah kesadaran dan dorongan dari dalam guna memperoleh ilmu pengetahuan, tanpa adanya sistem yang harus membatasi ruang pemikiran manusia.

Positif thinking

“Pendidikan adalah sistem yang bertujuan untuk men-stimulus rasa keingin-tahuan manusia terhadap segala macam pengetahuan”

Membangun kesadaran akan keingin-tahuan, atau tetap terdikte dengan sistem tanpa mau melihat keluar

Mari ber-refleksi
-N-
15.28

Sabtu, 12 Mei 2012

Positif-Negatif, sebuah Refleksi


“jangan dekat-dekat sama orang yang lagi ngrokok atau mabuk”, sebuah petuah dari eyang putri ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar.

Sebuah pertanyaan yang menggantung ketika pernyataan itu keluar dari mulut wantia yang mengurusku selama 18 tahun. Apakah orang yang merokok dan minum minuaman keras itu mencerminkan bahwa orang itu “negatif” ?

Negatif
Identik dengan sebuah perilaku, sifat, sikap, atau kebiasaan yang buruk, mungkin lebih tepatnya “dianggap” buruk. Mutlakkah hal itu ? Ataukah masih bisa diperdebatkan ? Contoh kecil: Merokok, sebagian besar orang yang tidak merokok menganggap merokok adalah sebuah kebiasaan yang negatif. Argumennya, sesuai yang dipaparkan pada kata-kata yang terdapat pada bungkus rokok, “merokok dapat menyebabkan kanker, blablablablablabla…………”. Oke, back to the point, lalu bagaimana jika orang merokok dan ia mendapat berbagai macam inspirasi, atau bagaimana jika merokok bisa merekatkan sebuah persahabatan atau persaudaraan, masihkah negatif ?

Positif
Identik dengan sebuah perilaku, sifat, sikap, atau kebiasaan yang baik, mungkin lebih tepatnya “dianggap” baik. Akankah selalu atau benar-benar baik ? Lagi, sebuah contoh kecil: Membela agama, banyak orang yang rela berjuang demi membela agama mereka masing-masing. Oke, pada dasarnya setiap agama itu baik, no doubt, right ? Dan membela dan berjuang untuk agama tertentu juga tidak dapat dipersalahkan. Terlepas dari perdebatan mengenai filosofi masing-masing agama, apakah perselisihan antar agama dengan “modus” membela agama yang mereka percayai itu masih layak dilakukan ? Toh, pada dasarnya setiap agama baik dan “dia”  yang satu dan disebut dalam berbagai macam nama menginginkan keharmonisan dalam berbebagai keberagaman, right ? Lagi, sebuah pertanyaan reflektif, masihkah hal itu di katakan mutlak sebagai hal yang positif ?

Lalu apa ?
Positif-negatif, baik-buruk, hanyalah sebuah konstruksi, bentukan, buatan manusia. Konstruksi yang dibuat (mungkin) untuk membuat kita semakin skeptis, kritis, dan tentu saja reflektif melihat fenomena yang ada. Men-judge sebuah fenomena dengan hanya melihat positif dan negatif dari fenomena tersebut (mungkin) bukanlah hal yang bijak. Namun alangkah lebih tepat bila kita mengkritisi sebuah fenomena secara argumentatif demi menghindari judgement yang terlalu normatif. Nggak ada salahnya kan ?

Karena dari hal sekecil apapun, inspirasi itu hadir, selamat menikmati
-N-