Keseimbangan adalah sebuah visi, mendekati, tapi takkan
tercapai” – asumsi
0.55
Seperti biasa, malam ini adalah malam minggu, maksudku,
bagiku setiap hari adalah malam minggu, selama liburan, hanya selama liburan.
Malam minggu, identik dengan “bermain di luar rumah” atau
bagi yang sudah berpasang-pasangan terkenal dengan “NGAPEL” atau dalam
Javanesse Language “MBOJO”, tapi tidak dengan “malam minggu”-ku kali ini.
Berbeda.
Aku dirumah, menghabiskan dengan seorang wanita lanjut usia
dan seorang wanita paruh baya.
Ibu dan nenenkku.
Tidak dengan “saudaraku” atau “kekasihku”
Mungkin bagi orang yang belum mengenalku, kutipan situasi
di atas merupakan hal yang biasa saja, bahkan sangat biasa saja.
Namun, bagi ku, menghabiskan waktu dirumah merupakan hal
yang tidak biasa, luar biasa.
“Hyperbola” !
Tidak. Karena memang begini keadaannya.
Biasanya,
Malam hari adalah waktu “belajar”-ku. Belajar tidak selalu
di depan buku setepal 186 halaman. Belajar, esensinya, aku mendapat hal baru,mempelajari
hal baru, atau memaknai hal baru. Baru. Baru aku ketahui, atau memang, baru.
Belajar dari siapapun, kapanpun, dimanapun, dan dalam situasi apapun.
Luar biasanya,
Semenjak kepulanganku dari rumah Claudius (Barly), aku tak
lagi menampakkan batang hidungku di luar rumah. Tidak seperti biasanya, malam
ini aku tak berkunjung ke PK (Palm Kuning, Burjo) atau bertandang ke rumah
Aditya (Murti). Bahkan aku membatalkan janjiku bernostalgia bersama Gorginia
(Cikita).
Aku ingin hidupku, kali ini, hari ini, mendekati ke level
yang seimbangan.
Ada kalanya aku harus dirumah, membuka perbincangan antar
generasi dengan nenenkku, atau menginput petuah bijak karya ibuku.
Ya.
Kami saling membutuhkan, seperti aku dan kalian,aku dan
kamu
aku dan
DIA
-n-
nice nan :D
BalasHapus