Sabtu, 12 Mei 2012

Positif-Negatif, sebuah Refleksi


“jangan dekat-dekat sama orang yang lagi ngrokok atau mabuk”, sebuah petuah dari eyang putri ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar.

Sebuah pertanyaan yang menggantung ketika pernyataan itu keluar dari mulut wantia yang mengurusku selama 18 tahun. Apakah orang yang merokok dan minum minuaman keras itu mencerminkan bahwa orang itu “negatif” ?

Negatif
Identik dengan sebuah perilaku, sifat, sikap, atau kebiasaan yang buruk, mungkin lebih tepatnya “dianggap” buruk. Mutlakkah hal itu ? Ataukah masih bisa diperdebatkan ? Contoh kecil: Merokok, sebagian besar orang yang tidak merokok menganggap merokok adalah sebuah kebiasaan yang negatif. Argumennya, sesuai yang dipaparkan pada kata-kata yang terdapat pada bungkus rokok, “merokok dapat menyebabkan kanker, blablablablablabla…………”. Oke, back to the point, lalu bagaimana jika orang merokok dan ia mendapat berbagai macam inspirasi, atau bagaimana jika merokok bisa merekatkan sebuah persahabatan atau persaudaraan, masihkah negatif ?

Positif
Identik dengan sebuah perilaku, sifat, sikap, atau kebiasaan yang baik, mungkin lebih tepatnya “dianggap” baik. Akankah selalu atau benar-benar baik ? Lagi, sebuah contoh kecil: Membela agama, banyak orang yang rela berjuang demi membela agama mereka masing-masing. Oke, pada dasarnya setiap agama itu baik, no doubt, right ? Dan membela dan berjuang untuk agama tertentu juga tidak dapat dipersalahkan. Terlepas dari perdebatan mengenai filosofi masing-masing agama, apakah perselisihan antar agama dengan “modus” membela agama yang mereka percayai itu masih layak dilakukan ? Toh, pada dasarnya setiap agama baik dan “dia”  yang satu dan disebut dalam berbagai macam nama menginginkan keharmonisan dalam berbebagai keberagaman, right ? Lagi, sebuah pertanyaan reflektif, masihkah hal itu di katakan mutlak sebagai hal yang positif ?

Lalu apa ?
Positif-negatif, baik-buruk, hanyalah sebuah konstruksi, bentukan, buatan manusia. Konstruksi yang dibuat (mungkin) untuk membuat kita semakin skeptis, kritis, dan tentu saja reflektif melihat fenomena yang ada. Men-judge sebuah fenomena dengan hanya melihat positif dan negatif dari fenomena tersebut (mungkin) bukanlah hal yang bijak. Namun alangkah lebih tepat bila kita mengkritisi sebuah fenomena secara argumentatif demi menghindari judgement yang terlalu normatif. Nggak ada salahnya kan ?

Karena dari hal sekecil apapun, inspirasi itu hadir, selamat menikmati
-N-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar