00.48
Kurang lebih 3 jam, 3 jam setelah
obrolan ringan itu. Obrolan ringan, ini subyektif. Obrolan ringan, sebuah
obrolan di tengah hiruk pikuk dan dinamika akademis “kami” (re: sekumpulan anak
muda yang diduga sebagai mahasiswa: Dian, Murti, Jati, Okta, Vico, Nandi).
Krenyitan dahi, canda tawa, dan
kepulan asap rokok yang saling padu padan di tengah suara sendok-garpu yang
saling beradu, di tengah suara “A’ es teh satu A’, sama nasi gorang yak ”.
Menginspirasi satu sama lain dari
kami masing-masing. Masalah “follow up” setelah kami mengakhiri obrolan ini,
kembali di kembalikan ke masing-masing dari kami. Sederhana kan ? Tapi
berkesan.
Isi obrolannya ? Ibaratnya kami
adalah seorang pembuat es campur, bukan untuk di jual ke orang lain, tapi ini
konsumsi pribadi kami. Kami bebas memasukkan apapun ke dalam es campur yang
kami buat masing-masing. Dari segala macam buah-buahan sampai bangkai kecoa
sekalipun bisa kami masukkan di dalamnya, kalau kami mau, kalau kami butuh.
Gamblangnya, segala macam pergulatan hidup dari masalah cinta, kesulitan
ekonomi, akademis, sampai……………………………………apapun, sekali lagi apapun peristiwa
yang kami temui, tumpah ruah di sini, obrolan ringan nan menghangatkan.
Menghangatkan apa ? “Paseduluran dab” (re: persaudaraan bro).
“resolve
a problems and we’ll find the new one”
Kami menemukan sebuah fenomena
dalam dinamika kami, kami bertukar pikiran, dan…………… GOTCHA ! “We’ll find the
new one”. Masalah baru, persepsi baru, pemahaman baru.
Esensi nya ?
Kami “berkembang” dan kami “belajar”
.
“ Kami
bukan labil, sekali lagi bukan labil. Kami dinamis. – Antonius Dian”
Quote pamungkas malam ini dari
seorang pemuda Turi.
Sekedar persepsi.
Subyektif.
-N-
01.35
Tidak ada komentar:
Posting Komentar