“Jadi anak-anak, setiap tugas yang sudah di kerjakan
harus bertanda tangan ayah kalian masing-masing ya”, Lusia, Guru SD Kanisius
Demangan Baru, 2001.
“Bapak itu udah di surga dek, jadi minta tanda tangan om
handung aja ya”, Haniek, Singleparents, 2001
“Sama om martinus aja, kan kemarin udah sempet sepakbola
bareng”, Tanti, single, 2003
“Besok ayah kalian dikasih undangan ini untuk penerimaan
ijazah kalian”, Sri Suparti, Guru SD Kanisius Demangan Baru, 2005
“Ini kita mau ke makamnya siapa buk? Kok ibuk nangis?”,
Dhana, 2006
“Pas liburan kita
mindah makamnya bapak ya”, Haniek, Singleparents, 2012
“Besok pulangnya jangan kesorean, udah lama kan nggak ke
gereja bareng sama ibu sama tante”, Haniek, Singleparents, 2012
“Kuwi wong’e sugih lho dik, anakke yo gur siji, kok yo
tetep ra gelem to le”, Sukapjan, 71 tahun, 2012
“Kamu udah kenal sama temen sma nya ibuk belum to ?
Kemarin ketemu waktu reuni sma”, Haniek, Almost Engaged, 2013
“Besok liburan ke jakarta ya, kita liburan ke pulau
Seribu sama angel-cynthia”, Haniek, H-5 bulan, 2013
“Dengan ini kalian telah resmi sebagai sepasang suami
istri”, Romo Paroki Pringwulung, Oktober 2013
“Kok akhirnya kamu mau ?”, Prapti, Hari H, 2013
- Bahkan
seorang wanita terkuat di dunia pun butuh tempat bersandar dan berlindung –
Nandi, 20 tahun, Kakak tertua
PS: Welcoming a new
family
Powerful!
BalasHapusMemang kejujuran itu senjata paling ampuh buat menulis.
Prosesmu, dab. Selamat yo!
suwun yok :)
BalasHapusgimana rasanya, ada bedanya, semoga bahagia dan selalu bahagia
BalasHapus